Kekhalifahan Cordoba runtuh dengan terjadinya perang saudara antara 1009
hingga 1013, meskipun belum sepenuhnya berakhir hingga 1031. Negeri Andalusia
kemudian terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negera kecil di bawah
pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif, yang berpusat di
suatu kota seperti Kerajaan Malaga, Zaragoza, Valencia, Badajoz, Sevilla, dan
Toledo.
Para raja-raja kecil itu digelar Mulukuth Thawaif (Raja Lokal) kemudian
berseteru dan berperang satu sama lain tanpa sebab yang jelas. Hanyalah karena
ingin saling menguasai. Kisah-kisah pengkhianatan, kisah-kisah perebutan puteri
cantik dan perebutan harta mewarnai semua perseteruan itu. Mereka tak sadar
umat Kristen telah mempersiapkan kekuatan untuk merebut kembali Spanyol.
Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai
itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan
kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya
orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan.
Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus
berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan
untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.
2. Periode Reqonquista
Reconquista (bahasa Spanyol dan Portugus untuk "penaklukan kembali"), adalah istilah
yang digunakan untuk proses yang dimana kerajaan Kristen menaklukkan kembali Semenanjung Iberia
(sekarang Spanyol dan Portugal) dari umat Islam
dan negara-negara Moor Al-Andalus (Bahasa Arab الأندلس — al-andalus). Istilah
"penaklukan kembali" digunakan dalam artian daerah-daerah ini dilihat
sebagai milik umat Kristen, walaupun kenyataannya pada saat
itu orang-orang yang ditaklukkan kebanyakan adalah Muslim dan orang-orang Arab.
Di sisi lain sebelum Iberia ditaklukkan kerajaan-kerajaan Islam, semenanjung
ini sudah didiami oleh orang-orang yang berbahasa Roman dan mendapat pengaruh
Kristen.
Proses reconquista
ini berjalan lebih dari 7 abad, dimulai dari Pertempuran
Covadonga (722), dimana kerajaan
Asturias berhasil menghentikan penaklukan Bani Umayyah, yang saat itu menguasai hampir seluruh Iberia.
Pada 1236 kota terakhir Muslim di Spanyol, Granada ditundukkan oleh Ferdinand III dari
Kastilia, dan sejak itu Granada berdamai dengan syarat menjadi negara
bawahan Kastilia. Pada 2 Januari 1492, Ferdinand II dan Isabella, pasangan yang
digelari Los Reyes Católicos,
kembali menyerang Granada, dan hasilnya Sultan Granada Muhammad XII (Boabdil)
menyerah secara penuh. Kemenangan ini menghasilkan negara Kristen bersatu di seluruh Spanyol, kecuali Navarra yang masih terpisah hingga 1512.
Reconquista di Portugal mencapai puncaknya pada 1249,
saat raja Afonso III berhasil
menundukkan Algarve (Arab الغرب — Al-gharb).
3. Dinasti Murabithun
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa
negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti
Murabithun (086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun
pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin
di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang
berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas “undangan” penguasa-penguasa
Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan
negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya
memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia.
Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh
untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu.
Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang
lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara
maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa dinasti
Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M. Di
Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali
dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun.
4. Dinasti Muwahidun
Pada tahun 1146
M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini.
Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke
Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun’im. Antara tahun 1114 dan 1154 M,
kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah
kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak
kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak
lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan.
Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas
de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya
memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M.
Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam
kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan
Kristen yang semakin besar.
Keruntuhan Cordova tidak saja diratapi oleh Umat Islam, tetapi juga seorang
penulis Kriten Stanley Lane Poole dalam bukunya “The Mohammadan Dynasties”
mengakui betapa mundurnya peradaban Andalusia setelah runtuhnya kerajaan Islam
Cordova. Pengakuan dunia Kristen terhadap peradaban Islam Cordova dapat
dibuktikan dengan permintaan Inggris agar pemuda pemuda Inggris dapat menuntut
ilmu di Universitas Cordova.
5. Kelahiran Banu Ahamar (Granada)
Wilayah Granada termasuk daerah sebuah bukit atau pegunungan yang indah
dengan ketinggian kurang lebih 150 m, dengan luas kira-kira 14 ha, satu daerah
yang sukar dimasuki oleh musuh namun mudah dipertahankan, sekarang Bukit La
Sabica.
Raja-raja Bani Ahmar sangat memperhatikan akan kemakmuran rakyat sehingga
pada saat itu bidang pertanian, dan roda perniagaan sangat maju. Selama 260
tahun kerajaan raja-raja Bani Ahmar berkuasa, namun timbul di antara mereka
perselisihan juga sengketa. Inilah yang menyebabkan lemahnya kerajaan Bani
Ahmar. Bagaimanapun gigihnya usaha Sultan Muhammad XII Abu Abdillah an
Nashriyyah raja terakhir Bani Ahmar untuk menyelamatkan kerajaannya, akhirnya
runtuh juga oleh dua buah kerajaan Kristen yang bersatu dari utara.
Pada pertengahan 1491 M, Raja Ferdinand V telah mengepung Granada selama
tujuh bulan, Ferdinand V berkemah di Gumada di sebelah selatan kota. Sebelumnya
Ferdinand V telah menguasai kota-kota lain seperti MalagaAlmeria. Yang terakhir
adalah Granada yang diserahkan oleh raja terkahir Bani Ahmar Abu Abdillah.
Penyerahan Granada ini diserahkan di halaman Istana Alhambra. pelabuhan terkuat
di Andalusia, kemudian Guadix dan Almunicar, dan Baranicar.
Demikianlah Granada takluk dan menyerah yang diduduki oleh
pengikut-pengikut Raja Ferdinand V dan Ratu Isabella pada tanggal 2 Januari
1492 M/2 Rabiul Awwal 898 H. Karena kegigihan dan perjuangan Raja Ferdinand V
dan Ratu Isabella, Paus Alexander VI (L. 1431-W. 1503) yang terkenal dengan
perjanjian Tordesillasnya pada tahun 1494 ia memberi gelar raja dan ratu ini
sebagai "Catholic Monarch" atau "Los Reyes Catolicos" atau
Raja Katolik.
Dengan kemenangan umat Kristen inilah orang-orang Islam dipaksa keluar dari
tanah Spanyol, untuk yang mau menetap harus berpindah agama. Selain dari itu,
orang-orang Yahudi pun ikut terusir dari tanah ini. Padahal, saat kekuasaan
Islam sedang berjaya mereka mendapat tempat, kehormatan, dan pekerjaan yang
layak oleh orang-orang Muslim Spanyol.
Yang sangat menyedihkan perpustakan-perpustakaan Islam ikut dibakar dan
dihancurkan. Karya tulis yang sampai kepada kita hanyalah bagian terkecil dari
karya-karya pemikir Islam di zamannya hingga sekarang sulit dicari
tandingannya, yang sebagian besarnya dihancurkan dan dibakar. Alhambra yang
megah pun dengan benteng yang berwarna kemerah-merahan kian tak terawat, kusam,
dan tak terlihat wajah aslinya, dan dijadikan Istana Kristen. Kemudian, Masjid
Kordoba yang megah didirikan oleh Sultan Abu Yusuf Al-Muwahhid pada tahun 785 M
yang diperbesar pada tahun 848, 961, 1187 M., dialih-fungsikan menjadi Gereja
Santa Maria de la Sede.